41 Ews Terpasang Di Cilacap, 10 Di Antaranya Rusak

41 EWS Terpasang di Cilacap, 10 di Antaranya RusakFoto: Arbi Anungrah/detikcom

Cilacap -Peristiwa tsunami pernah menerjang wilayah Cilacap dan sekitarnya pada tahun 2006 lalu. Tsunami terjadi sesudah gempa dengan kekuatan 7,7 SR di Pangandaran, Jawa Barat.

Gempa kemudian memicu gelombang tsunami dari arah barat ke timur di wilayah selatan Jawa Tengah. Kawasan Pantai Widarapayung Kecamatan Binangun Cilacap hingga Kebumen merupakan wilayah terparah. Ratusan orang meninggal akhir tsunami.

Untuk mengantisipasi hal itu, sebanyak 41 Early Warning System (EWS) telah terpasang di sepanjang di wilayah Cilacap. Tiap bulan juga dilakukan pengetesan untuk mengetahui kondisi alat tersebut.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy mengungkapkan dari total 41 EWS di sepanjang pantai di Cilacap. BPBD telah mengajukan abolisi sebanyak 10 EWS akhir rusak terkena korosi uap air laut. Kini yang berfungsi hanya 31 EWS, tersebar dilokasi wisata, masjid, musala serta sarana lain yang berdekatan dengan pemukiman warga.

"Setiap bulan, kami melaksanakan tes peralatan EWS pada tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Sedangkan untuk peralatan EWS milik BMKG yang tergabung dalam Ina-TEWS, diujicoba tanggal 26 setiap bulannya," kata Tri Komara dalam Rakor Penanggulangan Bencana Kabupaten Cilacap, Kamis (31/1/2019).

Ia menyampaikan pihaknya telah memetakan kawasan rawan tsunami pasca tsunami 2006 tersebut. Pemetaan yang dilakukan BPBD yaitu sepanjang garis pantai Cilacap yang tercatat 102 kilometer, 50 kilometer di antaranya masuk kategori zona merah tsunami.

Selain itu ada 9 kecamatan dan 40 desa yang rawan tsunami alasannya letaknya berhadapan dengan pantai Samudra Hindia. Jumlah penduduk yang tinggal di kawasan rawan mencapai 680 ribu jiwa dari 1,8 juta jiwa total penduduk Cilacap.

"Setelah dilakukan pemetaan kawasan rawan bencana, maka diharapkan peralatan deteksi dini atau early warning system (EWS). Peralatan EWS tsunami jangkauannya sekitar 1,5 kilometer. Kalau garis pantai di Cilacap sepanjang 102 km, maka setidaknya diharapkan 70 EWS yang ditempatkan di kawasan tidak jauh dari pemukimn warga," kata Tri Komara.

Selain alat deteksi dini tsunami, kata beliau pihaknya juga telah mengajukan anggaran ke sentra untuk membangun semacam perbukitan di sekitar bahari sebagai lokasi penyelamatan sementara jikalau terjadi tsunami dengan anggaran mencapai Rp 40 miliar.

"Sudah cukup usang kami mengajukan anggaran ke pemerintah sentra untuk membangun perbukitan terbuka hijau. Namun, hingga kini belum ada realisasinya," jelasnya

Sementara itu Widjo Kongko, selaku perekayasa di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengingatkan adanya tumbukan dua lempeng besar di Selatan Jawa yang berpotensi menjadikan gempa bumi dan tsunami.

"Megathrust khusus yang di Selatan Jawa cukup besar 8,1 SR dulu, tetapi di 2017 sudah direvisi menjadi sekitar 8,8 SR, tapi sanggup lebih sanggup kurang, kita tidak sanggup memastikan," kata Widjo Kongko dalam rakor tersebut.

Dia mengatakan, data tersebut menurut hitungan terakhir dari alat yang dipasang untuk mengetahui pergerakan lempeng setiap tahunnya. Hal itu sanggup mengetahui berapa energi yang terkumpul untuk menjadikan potensi terjadinya gempa.

Meskipun demikian ada beberapa kawasan yang belum sanggup diketahui berapa potensi gempa yang sanggup menjadikan tsunami. Seperti dari Pangandaran hingga dengan Kulonprogo yang terdampat blank spot dan belum terekam potensinya.

"Jadi artinya ada cukup waktu yang kita tidak mengetahui ada kegiatan sesmik disana, itu tidak hanya di Selatan Jawa, di kawasan Sumatra itu paling tidak ada 3, di Selat Sunda juga ada 1, di Jawa itu ada 2 kalau tidak salah, kemudian di Bali. Itu aktivitasnya tidak rapat, alasannya dari sisi sains itu laju sodokannya sama 7 cm tapi kok disini ada, disana tidak ada," jelasnya.

Dia menyampaikan jikalau megathrust yang ada di Jawa Tengah ini cukup jauh atau lebih dari 100 kilometer, sehingga masih memiliki cukup waktu untuk tahapan evakuasi, dibandingkan Selat Sunda atau kepulauan Mentawai yang sangat bersahabat sekali.

"Ini menjadi hal yang sangat penting diketahui masyarakat, jikalau potensi tersebut memang ada di Selatan Jawa. Maka dari itu kesiapsiagaan masyarakat di Cilacap sangat dibutuhkan," katanya.


Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel