Bmkg Minta Petani Pahami Perubahan Iklim Untuk Bekal Rekayasa Tanam

Yogyakarta -Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Yogyakarta. Sebanyak 30 penerima berasal dari Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan Pengamat Organisme Penggangu Tanaman (POPT) Kabupaten Bantul ini dibutuhkan bisa sosialisasi kepada petani semoga bisa merekayasa tanam dengan mempertimbangkan faktor cuaca.
Baca Juga
![]() |
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, R Mulyono Rahadi Prabowo menjelaskan ketika ini wilayah Indonesia pada umumnya telah memasuki awal ekspresi dominan kemarau. Para petani pun dibutuhkan bisa menyesuaikan proses tanam dengan kondisi iklim.
"Kondisi pertanian ada empat faktor, bibit, lahan, air, dan faktor keempat yang tak bisa kita atur yaitu iklim. Sehingga kita perlu memanfaatkan celah-celah waktu, bila kondisi iklim kurang memungkinkan kita bisa meminialkan kerugian. Kapan itu iklim ekstrem, kapan tidak ekstrem, bila kondisi iklim kurang aman kita bisa mengatur komoditi apa yang akan kita tanam. jadi tergantung dari periode waktu, lebih panjang kemarau atau ekspresi dominan hujannya," urainya.
Data BMKG Yogyakarta, pada bulan April ini jumlah curah hujan bulanan diprediksi berkisar 101-300 mm/bulan (kategori menengah). Kondisi ini merupakan masa transisi atau pancaroba, hujan masih berpotensi muncul terutama di sore hari meskipun kisarannya lokal dan tidak merata serta tidak kontinu hujannya.
Memasuki bulan Mei, jumlah curah hujan mengalami penurunan mencapai 21-100 mm/bulan bila dibandingkan dengan April (kategori rendah). Penurunan curah hujan bulanan ini terjadi alasannya yakni di wilayah DIY sudah masuk awal ekspresi dominan kemarau.
Dan awal ekspresi dominan kemarau 2019 untuk wilayah Yogyakarta sebagian besar mengalami kemunduran dari normalnya (75 persen). Sedangkan sisanya sama dengan normalnya (25 %). Awal ekspresi dominan kemarau akan dimulai pada dasarian 3 April 2019 untuk wilayah Gunungkidul dan Bantul bab timur). Sebagian besar wilayah di DIY akan masuk awal ekspresi dominan kemarau di dasarian 1-2 Mei 2019. Dan yang terakhir masuk ekspresi dominan kemarau yakni wilayah sekitar Gunung Merapi.
Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul, Pulung Haryadi menambahkan, lebih banyak didominasi petani di daerahnya bertanam padi. Totalnya sekitar 80 persen dibandingkan komoditas lainnya.
"Yang lainnya yakni bawang merah, kedelai, jagung, dan ada sebagian tebu," ujarnya. Sedangkan untuk lahan tanam di Bantul, seluas 15.193 hektare merupakan lahan sawah.
Sumber detik.com