Mencari Terobosan Kolaborasi Indonesia-Swedia

Mencari Terobosan Kerja Sama Indonesia-SwediaDubes Bagas Hapsoro (Foto: istimewa)

Jakarta -Indonesia dan Swedia mempunyai kesamaan dalam mengaplikasikan politik luar negerinya. Peranan ini semakin menonjol termasuk dalam penggelaran pasukan perdamaian PBB dan mendukung kemerdekaan negara Palestina. Hubungan bilateral pun semakin meningkat seiring dengan kemajuan ICT, turisme, dan peluang lainnya di bidang lingkungan hidup.

Bersama Mendamaikan Dunia

Peranan Swedia dan Indonesia tidak sanggup dikesampingkan dalam duduk perkara internasional. Dilatarbelakangi oleh polarisasi negara-negara besar yang kian meruncing, penentangan secara nyata terhadap norma dan aturan internasional, Indonesia dan Swedia semakin aktif mengingatkan dan memperlihatkan agresi nyata dan terlibat dalam perdamaian dunia.

Contoh konkretnya yaitu dari pembahasan di DK-PBB mengenai proteksi kepada penduduk sipil di wilayah berkonflik hingga langkah Indonesia menambah pasukan perdamaiannya secara signifikan. Dalam rangka shaping and sharing norms kedua negara aktif merumuskan kebijakan terhadap peningkatan peranan wanita. Bagi kedua negara, "gender equality" bukan slogan tetapi tuntutan zaman.

Kerja Sama Bilateral

Kunjungan kenegaraan Raja Swedia pada 2017 ke Indonesia merupakan peluang besar dan memperlihatkan pengaruh positif bagi para pebisnis. Dua tahun yang silam Raja Swedia beserta Ratu Silvia telah membawa 35 pimpinan perusahaan asal Swedia yang berminat berinvestasi di Indonesia. Sampai kini masih banyak kolaborasi ekonomi yang akan ditingkatkan kedua negara. Misalnya di bidang investasi, energi, dan lingkungan hidup.

Indonesia telah menyepakati tiga kolaborasi di aneka macam bidang dengan Swedia. Presiden Jokowi pun menyambut baik penandatangan kolaborasi antarpemerintah. Yaitu persetujuan di bidang ekonomi kreatif dan navigasi bandar udara. Beberapa kolaborasi juga ditandatangani secara terpisah, yaitu di bidang inovasi, science parks, dan pembiayaan pendidikan.

Ekonomi Kreatif dan Start-up Business

Swedia yaitu salah satu negara termaju di Eropa untuk urusan start-up business. Kota Stockholm, contohnya merupakan kota unicorns. Meskipun AS tetap negara terbesar dalam teknologi komunikasi, namun Swedia mempunyai penemuan yang lebih tinggi mengingat semua pihak "dilibatkan" (akademi, pebisnis dan pinjaman pemerintahnya untuk riset dan pengembangan).

Saat ini Swedia sedang membuatkan seni administrasi untuk memperluas produk teknologi dan ritelnya ke Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Sebagai negara ASEAN terbesar, Indonesia dengan sumber daya alam dan bertambahnya SDM tentu akan meningkatkan jumlah middle class. Jumlah angkatan kerja yang meningkat tentu akan membawa konsumsi domestik besar. Tidak disangkal lagi bahwa dikala ini Indonesia yaitu tujuan yang menjanjikan bagi bisnis dan investasi Swedia.

Berdasarkan rilis peringkat daya saing 2019 yang dikeluarkan oleh forum riset yang berbasis di Swiss, IMD World Competitiveness Center, daya saing Indonesia melesat 11 peringkat tahun ini menjadi peringkat 32 dari sebelumnya pada 2018 berada di peringkat 43. Empat indikator besar yang diukur yaitu kinerja ekonomi, efisiensi birokrasi, efisiensi bisnis, dan infrastruktur.

Dalam periode 2015-2019, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu kegiatan prioritas Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Selesainya sejumlah proyek infrastruktur telah dirasakan dampaknya, salah satunya turut berkontribusi pada peningkatan daya saing Indonesia.

Kenaikan peringkat daya saing Indonesia menjadi yang terbesar di regional Asia Pasifik. Dalam rilis tersebut, peningkatan daya saing disebabkan efisiensi di sektor pemerintahan, demikian halnya kemajuan dalam ketersediaan infrastruktur dan iklim bisnis.

Pada Agustus 2018 Business Sweden, yaitu salah satu konsorsium pebisnis yang aktif di Indonesia telah melaksanakan survei terhadap ratusan perusahaan Nordik di Indonesia termasuk Swedia. Salah satu temuan dari survei yaitu bahwa iklim bisnis dikala ini cenderung membaik lantaran keterbukaan pemerintah. Jumlah kenaikan pebisnis Swedia yang aktif di kota besar (Surabaya, Medan, Bandung, dan Jakarta) sekitar 68%.

Situasi politik pascapemilu yang terkendali juga memperlihatkan kepercayaan dan keinginan bagi para investor. Saat ini nilai rupiah juga terlihat sangat modest dan tidak anjlok sebagaimana dikhawatirkan sebelumnya.

Tidak jauh berbeda dengan proses demokrasi yang dilakukan Indonesia, Swedia pun juga belum usang menjalani pemilu. Setelah melalui proses tiga bulan tarik-menarik di tengah kebuntuan politik, kini Swedia mempunyai pemerintah baru. Meskipun hasil pemilu pada September 2018 telah menaikkan pamor Partai Demokratik Swedia yang beraliran ultra kanan, namun pemerintah Sosial Demokrat telah terbentuk dengan tetap mempertahankan para teknokrat dan politisi yang berpengalaman berafiliasi dengan Indonesia.

Tentu kita dilarang menafikan kekuatan Partai Hijau yang mempunyai kegiatan untuk membawa lingkungan hidup dengan standard tinggi. Namun kementerian dan forum Swedia khususnya perdagangan, inovasi, pendidikan dan ristek serta pertahanan dan keamanan sangat akrab dalam melaksanakan hubungan dengan kawan kerjanya, yaitu badan-badan dan forum Indonesia.

Terbuka Lebar

Kiranya kesempatan untuk memajukan kolaborasi terbuka lebar. Karena hal ini dipandang saling menguntungkan. Isu kelapa sawit yang digembar-gemborkan para politisi Uni Eropa ternyata tidak berimbas banyak bagi Swedia, mengingat para pebisnis masih mengandalkan ampuhnya bukti ilmiah, bukan sentimen politik.

Menurut kalangan pengusaha dan akademisi Swedia, pengembangan kelapa sawit ternyata tidak akan memperlihatkan dampak negatif kepada hutan, asal dikelola secara berkesinambungan. Studi ini yang kini sedang terus dikembangkan oleh Royal Institute of Technology (KTH) dengan Swedish Energy Agency. Tujuannya yaitu memakai kelapa sawit untuk keperluan bio-diesel dalam urusan energi.

Swedish Institute telah menyatakan minatnya untuk melihat penataan hutan sawit di Kalimantan dan Sumatera pada November ini untuk melihat pengolahan sawit secara berkesinambungan. Berikutnya Swedia tentu akan sangat bahagia untuk membagikan resep pelestarian hutan semenjak dicanangkan Forest Law 1903. Kajian dan lesson learn dari negara Nordik ini layak untuk dibicarakan dan disimulasikan.

Hal-hal ini yang kiranya menjadi info penting untuk lebih cepat diintensifkan mengingat cakupan yang lebih dalam dan berdimensi luas.

Bagas Hapsoro Dubes Indonesia untuk Kerajaan Swedia dan Latvia


Tulisan ini yaitu kiriman dari pembaca detik, isi dari goresan pena di luar tanggung jawab redaksi. Ingin menciptakan goresan pena kau sendiri? Klik di sini sekarang!

Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel