Intip Desa Lamteuba, Dari Dana Desa Hingga Ubah Lahan Ganja Ke Kunyit
Jakarta -
Program membangun Indonesia dari pinggiran yang digagas Presiden Joko Widodo telah terasa manfaatnya, menyerupai di Desa Blang Tingkeum, Permukiman Lamteuba, Kecamatan Seulimim Kabupaten Aceh Besar.
Terletak di kaki Gunung Seulawah Agam, dulu daerah ini dikenal sebagai ladang ganja terbesar di Indonesia. Kisah kelam permukiman ini pun santer terdengar di Aceh. Disebut-sebut, semasa konflik terjadi masyarakat Lamteuba dikenal sebagai pelaku illegal logging. Mereka melaksanakan penebangan liar sehingga terbuka lahan untuk penanaman ganja.
Saat ditemukannya ratusan hektare ladang ganja di wilayah itu oleh aparat, lambat laun Lamteuba pun dikenal sebagai daerah hitam. Stigma tersebut menempel pada desa-desa Lamteuba.
Menurut mantan Keuchik Gampong (kepala desa) Blang Tingkeum, M. Sulaiman, potensi besar Lamteuba terletak pada pertaniannya. Dana desa yang diberikan pemerintah ketika ia menjabat pun tak luput digunakannya untuk mendukung kualitas pertanian.
"Anggaran dana gampong waktu itu kami alokasikan sebagian untuk pagar rentang sawah, ini mempunyai kegunaan supaya para binatang ternak kami tidak masuk ke sawah, supaya tidak mengganggu hasil pertanian warga," ujar Sulaiman ketika ditemui detikcom di kediamannya, Rabu (18/9/2019).
Warga Aceh memang terbiasa membiarkan ternaknya menyerupai sapi maupun kambing dilepas berkeliaran untuk mencari makan sendiri. Hal ini pula yang menjadi alasan Sulaiman untuk menciptakan pagar rentang sawah. Agar binatang ternak dan pertanian sanggup berdampingan dengan baik.
"Anggaran pertama untuk pagar rentang sawah ini Rp 250 juta. Total ada sekitar 100 hektare lahan sawah, dan kurang lebih 250 kk (kepala keluarga) yang mendapatkan manfaat dari dana desa ini," terangnya.
Sulaiman yang juga petani kunyit mengungkapkan permukiman yang mempunyai delapan gampong kini sudah berkembang menjadi daerah produktif yang sanggup menghasilkan banyak sekali macam produk pertanian. Salah satunya, kunyit yang menjadi sumber mata pencaharian setiap keluarga di sana.
"Kami sangat bersyukur sekali. Karena mungkin permukiman kami ini di bawah kaki gunung merapi, jadi kualitas tanahnya subur. Selama ini menanam apapun selalu tumbuh, menyerupai kunyit ini, walaupun kemarau datang, kami selalu sanggup menerima hasilnya," ungkap Sulaiman.
Dia juga sukses menggerakkan warganya untuk beralih budidaya kunyit dari sebelumnya memanen hingga sekarang. Berbagai produk berbahan dasar kunyit ini ia olah untuk memenuhi kebutuhan pasar, sebagai bumbu masak, obat hingga materi dasar kosmetik.
Kini masyarakat Lamteuba terus berjuang meningkatkan kualitas kunyit tersebut. Agar selalu menyuburkan perekonomian warganya, Sulaiman pun berharap ke depan dana desa sanggup menyentuh secara pribadi budidaya kunyit ini supaya nilai jualnya meningkat.
"Kalau sanggup dan jikalau tidak menyalahi hukum dana desa ke depan sanggup juga diberikan kepada para petani yang menggarap lahan. Terutama petani kunyit yang memerlukan hibrida sehingga petani kunyit dimudahkan untuk mendapatkan bibit unggul," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong (DPMG) Kabupaten Aceh Besar Bahrul Jamil terus mengupayakan impian masyarakat di daerah terpencil menyerupai Blang Tingkeum ini. Agar sanggup menganggarkan dana desa untuk mendukung potensi pertanian di daerah.
"Contoh yang sudah dilakukan di desa Blang Tingkeum dari tanamam kunyit ini sudah tidak mengecewakan bagus, sudah menghasilkan, dan dikenal keluar daerah hingga ke Malaysia dan Singapura alasannya yakni mempunyai khasiat yang anggun untuk obat maupun kosmetik," tuturnya.
"Khusus Lamteuba kita juga sudah memprioritaskan dengan melaksanakan kolaborasi dengan BNN, untuk dana desa selanjutnya akan difokuskan ke pengganti flora ganja ke kunyit," jelasnya.
Adapun Bupati Aceh Besar Mawardi Ali menyatakan komitmennya dalam membangun desa terkhusus desa terpencil menyerupai Lamteuba. Mengingat adanya tunjangan dari pemerintah berupa dana desa, dirinya sangat berfokus mensinergikan pembangunan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui banyak sekali sektor.
"Salah satu prioritas pembangunan di desa kita ketika ini yakni sektor-sektor ekonomi masyarakat terkecil, menyerupai BUMD, BUMDes, UKM, sektor pariwisata, dan sektor pendidikan. Sebagian dana desa kini sudah masuk dalam sektor pemberantasan kemiskinan di desa. Kaprikornus ini salah satu akad pemerintah kabupaten kota untuk terus membangun desa," tandasnya.
Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong (DPMG) Kabupaten Aceh Besar, pada tahun 2018 Gampong Blang Tingkeum mendapatkan dana desa sebesar Rp 662.782.000, pada tahun 2019 meningkat hingga Rp 740.412.000. Selain untuk pager rentang sawah, dana desa ini dipakai untuk peningkatan infrastruktur demi kelancaran mobilitas warganya.
Untuk mengetahui kabar terbaru dari Kemendes PDTT sanggup dilihat di sini.
Sumber detik.com