Rekonsiliasi Prabowo Dan Jokowi, Salah?
Jakarta, Swamedium.com — Isu rekonsiliasi makin kenceng. Jokowi-Ma’ruf dimenangkan MK, kemudian kubu Prabowo-Sandi diakomodir. Tak lagi jadi oposisi. Terjadi rekonsiliasi. Bosan atau gak tahan?
Seandainya benar somasi Prabowo di Mahkamah Konstitusi (MK) karenanya ditolak, maka proses pilpres selesai. Gak demo? Pintu itu sudah tertutup untuk Prabowo-Sandi. Kenapa? Karena sudah komitmen menyerahkan proses sengketa hasil pemilihan umum (PHPU) ke MK. Ini artinya siap dengan segala keputusan.
Massa yang kini masih demo, mereka tak mau dikaitkan dengan Prabowo-Sandi. Bahkan cenderung mulai kecewa terhadap Prabowo-Sandi. Paslon 02, khususnya Prabowo dianggap tak punya komitmen terhadap akad dan ucapannya. Apa kesepakatannya? Tak membawa sengketa pilpres ke MK. Apa ucapannya? Point of no return. Tak akan menyerah. Mungkin artinya perang total. Tak sedikit yang malah memplesetkan jadi “kalah total”. Aduh!
Kalau rekonsiliasi? Bukankah ini bab dari sharing kemenangan? Win win solution? Majalah Tempo telah menurunkan gosip bahwa kedua belah pihak sudah mengutus kurir masing-masing. Untuk apa? Ya pastinya untuk rekonsiliasi lah. Bagi-bagi jatah.
Soal apa bentuk rekonsiliasinya, dan apa saja yang telah ditawarkan oleh pihak yang menang kepada pihak yang kalah? Itu nanti. Yang lebih fundamental yaitu apa yang jadi dasar budi rekonsiliasi Prabowo-Sandi seandainya memang itu pilihannya? Dan apa untung ruginya kalau menentukan rekonsiliasi?
Faktanya begini: kalah menang itu hal biasa dalam pilpres. Selesai pilpres, koalisi bubar. Karena koalisi memang bersifat sementara. Tak ada koalisi permanen. Karena itu, kalau ada parpol yang sedang berkoalisi bicara wacana kesamaan platform, itu dobol! Jangan percaya. Ideologi dan platform itu hanya berlaku untuk koalisi permanen. Di Indonesia, tak ada koalisi permanen. Bahkan tak ada niat untuk buat koalisi permanen.
sumber SwaMedium https://www.swamedium.com/2019/06/26/rekonsiliasi-prabowo-dan-jokowi-salah/