Cerita Pengusaha India Senangi Karet Asal Indonesia

Cerita Pengusaha India Senangi Karet Asal IndonesiaFoto: Managing Director CPR Enterprises Pvt Ltd CP Ratra (Haris Fadhil/detikcom)

New Delhi -Produk asal Indonesia punya kawasan tersendiri bagi pengusaha asal India, CP Ratra. Managing Director CPR Enterprises Pvt Ltd ini menyebut perusahaannya mengimpor sekitar 500 ribu ton karet tiap tahun yang 70 persennya berasal dari Indonesia.

"Kami mengimpor lebih dari 500 ribu ton natural rubber dari Indonesia, Thailand, Vietnam. Kadang juga dari Kamboja dan Malaysia. Konsumsi karet kami mencapai 1,2 juta ton dan pada dikala ini kami mengimpor banyak dari Indonesia, saya perkirakan 70 persen dari Indonesia," ujar Ratra di Delhi Gymkhana Club, New Delhi, India, Selasa (20/8/2019).


Dia menyampaikan India dan Indonesia punya peluang besar dalam sektor ekonomi. Ratra menyebut India merupakan negara berpenduduk besar dengan kondisi ekonomi yang stabil dan punya banyak komoditas yang dapat diperdagangkan. Ratra mencontohkan komoditas gula dan beras, yang juga diekspor perusahaannya ke banyak sekali negara. Dia pun berharap suatu dikala perusahaannya dapat mengekspor gula dan beras ke Indonesia.

Kembali soal komoditas karet, Ratra menyebut karet dari Indonesia menjadi pilihan perusahaannya alasannya ialah punya kualitas yang baik. Harga karet dari Indonesia juga disebutnya cocok dengan CPR Enterprises.

"Kami sudah membeli karet Indonesia semenjak 1995, perusahaan kami dan industri karet sedang naik," ujarnya.


Karet yang diimpor perusahaannya tersebut kemudian digunakan sebagai materi pembuatan ban. Sekitar 50 persen karet digunakan menjadi ban kendaraan.

Ratra juga bercerita ihwal hal-hal yang diharapkan dalam berbisnis antarnegara. Dia menyebut bisnis lintas negara setidaknya akan lancar alasannya ialah dua hal, yakni regulasi dan bahasa.

"Ketika melaksanakan bisnis antara satu negara dengan negara lain setidaknya hal yang paling penting ialah dua hal. Pertama ialah legal system, kedua ialah bahasa. Di China, ini ialah penghalang terbesar, bahasanya," ujar Ratra.


Duta Besar RI untuk India, Sidharto Suryodipuro, menyebut karet Indonesia yang masuk ke India lebih banyak didominasi ialah produk setengah jadi. Dia berharap suatu dikala karet Indonesia yang masuk ke India sudah dalam bentuk barang jadi menyerupai ban dan sarung tangan.

"Sayangnya karet kita itu lebih banyak didominasi masih yang setengah jadi, masih bantalan. Makara India itu impor karet paling banyak dari Indonesia, tapi jikalau sudah menyangkut produk turunan kayak sarung tangan atau produk lain, itu bukan dari Indonesia, tapi Thailand, Malaysia," ujar Sidharto.

Dia menyampaikan Indonesia harus mulai menambah nilai komoditas menyerupai karet dengan memproduksi produk jadi untuk ekspor menyerupai sarung tangan dan ban. Sidharto juga menyebut Indonesia dapat masuk di produk lain menyerupai pesawat terbang.

"Kita harus menengok ke sana, menambah nilai di Indonesia. Selain komoditas tradisional kita perlu juga melihat kolaborasi di produk yang cutting edge, contohnya menciptakan pesawat terbang. Dan Pak Presiden waktu Perdana Menteri Modi ke Indonesia tahun lalu, Pak Presiden sudah menyebut mengenai pesawat terbang dan ada ketertarikan di sini industri menyerupai Mahindra Aerospace. Saya juga pernah bicara sama PTDI tapi memang belum ketemu aja. Tapi kita perlu melihat kita butuh pesawat terbang, India juga butuh. Ini perlu kita bangkit kerja sama," terang Sidharto.

Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel