Heboh Abah Grandong Pemakan Kucing, Begini Asal-Usul Grandong

Heboh Abah Grandong Pemakan Kucing, Begini Asal-usul GrandongTempat Abah Grandong memakan kucing hidup-hidup (Adhi Indra Prasetya/detikcom)

Jakarta -Polisi telah mengetahui identitas laki-laki yang memakan kucing hidup-hidup di Kemayoran, Jakarta Pusat. Pria itu ialah warga Banten yang dikenal dengan sebutan Abah Grandong. Lalu dari mana julukan Grandong itu muncul?

"Namanya saja Abah Grandong," kata Kapolsek Kemayoran Kompol Syaiful Anwar kepada detikcom, Selasa (30/7/2019).

Syaiful mengetahui identitas laki-laki itu dari warga sekitar Kemayoran, Jakarta Pusat. Pria itu diketahui bekerja di tempat Kemayoran.

"Informasinya, berdasarkan keterangan saksi-saksi, itu orang Rangkasbitung, Banten," imbuhnya.




Asal-usul Grandong

Hebohnya sosok Abah Grandong ini tentu saja mengingatkan publik pada aksara berjulukan Grandong yang booming pada 2000-an. Grandong ialah salah satu aksara fiksi dalam serial sinetron 'Misteri Gunung Merapi'. Grandong ialah cucu Mak Lampir.

Karena kepopuleran sinetron tersebut, Grandong pun diserap ke dalam bahasa sehari-hari masyarakat Indonesia. Berdasarkan jurnal berjudul The Language of Street Children: A Sociolinguistic Study in the Regency of Klaten, Central Java karya Prembayun Miji Lestari, Grandong kerap digunakan dalam dialog sehari-hari belum dewasa di Jawa Tengah. Julukan Grandong menjadi olok-olok yang menggambarkan bocah yang mukanya jelek rupa dan menyeramkan.

"Kata Grandong digunakan untuk menyebut anak di jalanan yang punya wajah bopeng. Ini diambil dari penggambaran televisi ihwal Grandong sebagai sosok dengan wajah yang jelek dan menyeramkan," tulis Prembayun Miji Lestari.



Kisah Mak Lampir ini juga disebut-sebut pembiasaan dari legenda Misteri Gunung Marapi yang berada di Sumatera Barat. Makhluk penunggu Marapi ini dijuluki sebagai Bunian. Hal ini pun dibenarkan oleh sastrawan Indra J Piliang, yang juga berasal dari Sumatera Barat.

"Kalau dongeng ihwal Marapi itu ada. Yang kita kenal dengan dongeng Nyak si Bunian. Dia dianggap sebagai makhluk halus lereng Gunung Marapi. Dia digambarkan sebagai wanita cantik, tapi ada yang menyebut ia nenek," kata Indra dikala dihubungi detikcom, Selasa (30/7/2019).

Namun, berdasarkan politikus Golkar ini, dongeng tersebut tak begitu hidup di masyarakat Sumatera Barat. Hal ini disebabkan lantaran faktor religeositas masyarakat yang kuat.

Dihubungi secara terpisah, sosiolog Universitas Udayana Wahyu Budi Nugroho menjelaskan Grandong dapat saja merupakan sosok hantu yang dipercayai keberadaannya oleh masyarakat Indonesia semenjak lama. Tetapi gres dikenal ketika ceritanya diadopsi dalam produk budaya terkenal menyerupai film atau novel.

"Hantu Grandong itu kan mulanya dari dongeng Misteri Gunung Merapi Mak Lampir. Nah, dapat saja memang ada semenjak usang dan dipercaya oleh masyarakat kita. Ini menyerupai sosok monster Troll yang pernah muncul dalam fiksi 'Harry Potter' dan 'Lord of the Rings'. Monster troll menjadi dikenal sehabis dipopulerkan kedua film tersebut. Padahal masyarakat Eropa memang pernah bersinggungan dengan dongeng makhluk dalam dunia sihir itu," kata Wahyu kepada detikcom, Selasa (30/7/2019).

Sementara itu, dalam buku 'Sajen dan Ritual Orang Jawa' karya Wahyana Giri MC, kisah Mak Lampir itu dapat merujuk pada tempat Pertapaan Kembang Lampir di Bukit Blimbing, Desa Giri Sekar, Gunungkidul, Yogyakarta. Tempat pertapaan tersebut dianggap sebagai tempat berkumpulnya para jin dan hantu ketika hendak bermusyawarah.

Tak hingga situ saja, di Jawa Timur, sosok Grandong ini dikenal sebagai jelmaan siluman dari orang yang sedang melaksanakan praktik pesugihan. Sosoknya digambarkan menyerupai anjing.



Pada 2013 di Bayuwangi, Grandong dianggap sebagai pelaku pembunuhan binatang ternak warga. Konon, berdasarkan penuturan warga, binatang ternak jadi tumbal Grandong untuk memperkuat ilmu hitamnya.

Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel