Pengamat Pos Gunung Merapi Kerap Melewatkan Momen Lebaran Di Rumah

Pengamat Pos Gunung Merapi Kerap Melewatkan Momen Idulfitri di RumahHeru Suparwaka (Foto: Ristu Hanafi/detikcom)

Sleman -Bekerja sebagai pengamat di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) mempunyai tanggung jawab besar. Masyarakat yang membutuhkan informasi resmi terkait acara terkini Merapi sangat bergantung kepada hasil kerja para pengamat di PGM. Apalagi ketika ini acara Merapi berstatus Waspada.

Beban kiprah yang besar ini memaksa para pengamat PGM melewatkan momen-momen penting bersama keluarga di rumah, termasuk momen Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. Karena tak jarang mereka harus bekerja full di pos dengan konsentrasi penuh untuk mengamati acara Merapi secara visual.

Seperti Heru Suparwaka (55), seorang pengamat di PGM Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah spesial Yogyakarta (DIY). Bersama dua rekan kerjanya, Heru jarang pulang ke rumah demi menunaikan tugas.

"Ya jarang pulang, pengamat di pos pengamatan tugasnya harus jalan 24 jam. Dan dengan personel yang cukup terbatas, kita memang punya janji yang diketahui oleh pimpinan bagaimana bagi jam kerja," kata Heru ketika ditemui di Pos PGM Kaliurang, belum usang ini.

"Tapi kondisi Merapi yang normal beda dengan ketika kondisi krisis (aktivitas meningkat), pengamatan secara visual alasannya yaitu alat berjalan 24 jam. Kita harus melihat visual kejadiannya untuk dapat segera memberi informasi ke pimpinan dan disebar ke masyarakat," lanjutnya.


Heru semenjak awal sudah memberi pemahaman kepada keluarganya, perihal pekerjaan yang diembannya. Dia menekankan bahwa bekerja sebagai pengamat Merapi merupakan pekerjaan di bidang kemanusiaan. Karena dinamika acara Merapi menyangkut terhadap acara masyarakat luas. Bahkan hingga potensi ancaman keamanan dan keselamatan masyarakat.

"Kadang-kadang istri bertanya, kok saya belum pulang, tanya kondisi kesehatan. Kita punya anak juga, adakala anak, meski tak bicara pribadi tapi ibu paham dan bicara kepada saya, ada hal yang menyentuh jiwa ketika waktu waktu tertentu, misal Lebaran," ungkapnya
Pengamat Pos Gunung Merapi Kerap Melewatkan Momen Idulfitri di RumahHeru Suparwaka (Foto: Ristu Hanafi/detikcom)

"Ada suatu hal yang kurang utuh tanpa kehadiran bapak, itu tidak hanya keluarga kecil saya tapi juga keluarga besar. Tapi pada prinsipnya keluarga paham dan sudah tahu dengan kiprah saya sebagai pengamat Merapi," ucap laki-laki warga Pakualaman, Kota Yogya ini.

"Beberapa momen keluarga sering terlewati, pas saya piket. Air matapun adakala tidak perlu kita keluarkan, tetapi, niscaya secara manusiawi ada suatu hal yang hilang," imbuhnya.

Heru yang telah mengabdi sebagai pengamat Merapi semenjak tahun 1990an ini bahkan tidak dapat istirahat dengan nyaman ketika jam kerja. "Misal tengah malam tidur, kita tidur-tidur ayam, ada sinyal di alat-alat kantor, berbunyi, kita amati hingga terdokumen tertulis," ujarnya.


Heru mengingat salah satu bencana yang membekas ketika ia bekerja di pos. Yakni ketika putrinya luka alasannya yaitu tersiram air panas.

Saat itu ia ditelepon istrinya memberitahu kabar tersebut. Niat hati ingin pulang, namun kewajiban kerjanya memaksa ia tak dapat mengantar dan mendampingi putrinya di rumah sakit.

"Saya menjaga konsentrasi di pos, tapi di hati kecil kerap berontak," ujarnya.

Untuk mengobati rasa kangen keluarga kalau sewaktu-waktu muncul di benaknya, Heru mengaku sangat terbantu dengan perkembangan teknologi informasi. Karena Heru kerap menginap di kantor beberapa hari tergantung kondisi Merapi.

"Bisa video call, dapat lewat medsos. Karena meski saya nglaju, tapi alasannya yaitu contoh kerja 24 jam kita tidak pulang harian, sering nginap di pos. Kalau kondisi krisis cukup lama, kita usang di sini, terutama ketika status Siaga-Awas. Di rumah hanya tengok keluarga, apa keperluannya, paling tidak semalam, adakala tidak hingga semalam terus balik kantor lagi," kata dia.


Heru menyampaikan, kondisi acara Merapi yang meningkat semenjak tahun 2018 hingga ketika ini, sangat berbeda dengan acara Merapi tahun 2006 dan 2010. Masyarakat ketika ini juga lebih menghargai terhadap informasi dan imbauan resmi dari PGM.

Dia pun berharap masyarakat tetap beraktivitas normal menyerupai biasa namun tetap waspada kalau sewaktu-waktu terjadi peningkatan status Merapi.

Dia pun memastikan para pengamat PGM merupakan orang terakhir yang penyelamatan kalau Merapi berstatus Awas atau terjadi erupsi yang membahayakan masyarakat. Letak PGM Kaliurang dan permukiman penduduk sekitar 7 kilometer dari puncak Merapi.

Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel