Penerapan Kimia Dalam Bidang Pertanian


Selain diterapkan pada bidang peternakan, ilmu kimia juga diterapkan dalam bidang pertanian (silahkan baca: Penerapan Kimia Dalam Bidang Peternakan). Penerapan ilmu kimia dalam bidang pertanian untuk mengatasi masalah para petani seperti mengatasi masalah kesuburan tanah dan mengatasi masalah serangan hama.

Penerapan Kimia Dalam Bidang Pertanian
Pertanian

Untuk mengatasi kesuburan tanah, banyak sekali penerapan ilmu kimia dalam bidang pertanian seperti:

1. Dalam Unsur Hara
Ada banyak unsur hara yang diperlukan oleh tumbuhan untuk mempertahankan hidupnya yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro adalah unsur hara yang diperlukan tumbuhan dalam jumlah besar, yaitu unsur C, H, O, N, S, P, K, Mg, dan Ca. Sedangkan unsur mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah sedikit seperti unsur Cl, Fe, Mn, Cu, B, dan Mo.

2. Pembuatan Pupuk Buatan Tunggal
Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung 1 jenis unsur hara yang di perlukan tumbuhan. Misalnya, tanaman kekurangan Nitrogen jika ditemukan tanaman dengan gejala seperti pertumbuhan tanaman berjalan lambat, tanaman kurus dan kerdil, daun hijau kekuningan, pendek, kecil dan tegak. Untuk mengatasi masalah tersebut maka tanaman perlu unsur Nitrogen dengan cara pemberian pupuk yang mengandung Nitrogen.

3. Pembuatan Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari 2 unsur hara, seperti pupuk NP, NK, dan NPK. Misalnya, jika kita menemukan tanaman dengan gejala seperti pertumbuhan tanaman berjalan lambat atau tanaman kurus dan kerdil, seluruh warna daun berubah menjadi lebih tua dan sering tampak mengkilap kemerahan, dan daun tua akan mengkerut dan keriting, itu berarti tanaman tersebut perlu unsur Nitrogen, Phosfor, dan Kalium. Untuk mengatasi hal tersebut tanaman perlu pupuk yang mengandung N, P, K.

Sedangkan, penerapan ilmu kimia untuk melindungi tanaman dari hama yakni sebagai berikut.

1. Pembuatan Insektisida
Insektisida digunakan untuk mencegah dan membasmi serangan hama serangga, seperti wereng, belalang, dan ulat. Insektisida biasanya dibuat dengan senyawa sintetik. Insektisida organik sintetik yang banyak dipakai dibagi-bagi lagi menjadi beberapa golongan besar yakni Senyawa Organofosfat, Senyawa Organoklorin, Karbamat, dan Pirethrin/ Pirethroid Sintetik.

2. Pembuatan Rodentisida
Jenis pestisida ini digunakan untuk mencegah dan membasmi serangan binatang pengerat(tikus) di lahan pertanian, rumah tangga atau gudang. Kandungan bahan kimia dalam rodentisida terdapat dalam berbagai jenis. Bahan aktif tersebut dikelompokkan menurut cara kerjanya. Beberapa rodentisida akan menghentikan pembekuan darah atau sering disebut sebagai antikoagulan dan ada beberapa yang tidak termasuk dalam kelompok antikoagulan dengan cara kerja yang berbeda, seperti misalnya zinc fosfida, brometalin, cholecalciferol dan strikhnin.

3. Pembuatan Herbisida
Herbisida digunakan untuk mencegah dan membasmi serangan tanamn pengganggu atau gulma, seperti alang-alang dan rerumputan. Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan. Misalnya, glifosat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat, dan fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim glutamin sintase.

4. Pembuatan Fungisida
Jenis pestisida ini di gunakan untuk mencegah dan membasmi serangan jamur. Contohnya natrium, dipromat, dan organemerkuri. Kebanyakan fungisida berbahan dasar sulfur[4] dalam konsentrasi yang rendah antara 0.08 sampai 0.5% (jika dalam bentuk cair) hingga 90% (dalam wujud bubuk).

Namun perlu kita ketahui, bahan kimia juga memiliki dampak negatif jika kita menggunakannya dalam kosentrasi yang tinggi, kurun waktu yang lama dan jenis bahan kimia seperti pestisida akan meyebabkan pembuangan residu pestisida yang tinggi pada lingkungan pertanian sehingga akan menggangu kesimbangan lingkungan.

Berikut ini beberapa dampak negatif dari penggunaan bahan kimia yang tinggi :
1. Menyebabkan penurunan kualitas kesuburan fisik dan kimia tanah
2. Punahnya suatu spesies
3. Peledakan hama yang resisten

Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan dengan efektif maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dalam PP No. 7 Tahun 1973, selain itu para petani perlu juga diberi pengarahan dan penyuluhan tentang penggunaan bahan kimia yang baik dan efektif.

Sumber: dari berbagai sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel